Sabtu, 30 Juni 2012

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI DI KEBUN RAYA PURWODADI


LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
 TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI 
DI KEBUN RAYA PURWODADI
Disusun oleh :
Kelompok 
1. Mas Khoirud Darojat        (10620012)     
2. Sahla Silatur Rohmi         (10620041)     
3. Isrovievie Vinolia              (10620063)                 
4.Farhan Alfiansyah             (10620099)
5.Nurul Khotimah                 (10620068)
6. Zaimatul Khoiroh              (10620072)
7.Erika Diana Risanti           (10620058)
8. Deni Hidayat Ahmadi       (10620046)
                                              Asisten Pembimbing    : Nawa Vila
 

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
               Tumbuhan yang ada di dunia sangat beraneka ragam, mulai dari tumbuhan yang tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi yang mempunyai karakteristik yang beraneka ragam  baik bentuk, struktur, morfologi dan anatominya. Berdasarkan keanekaragaman yang telah disebutkan diatas ada juga keanekaragaman seperti habitat, habitus, lama tumbuh, dan ukuran yang bervariasi maka manusia mengelompokkan dan memberi nama tumbuhan berdasarkan tujuannya.Pengelompokkan dan pengidentifikasian tumbuhan pada saat ini dikenal dengan taksonomi.
                  Taksonomi Tumbuhan Tinggi merupakan ilmu yang mempelajari tentang identifikasi, tatanama dan klasifikasi pada tumbuhan tingkat tinggi.Taksonomi penting untuk dipelajari karena dengan taksonomi lebih mudah untuk menyederhanakan obyek yang dihadapi dan juga  lebih mudah untuk dipelajari dan dikaji oleh para peneliti.
                 Kegiatan kerja lapangan untuk matakuliah taksonomi tumbuhan tinggi sangat penting dilaksanakan,karna mata kuliyah ini tidak cukup hanya dengan teori didalam kelas tetapi sangat membutuhkan untuk langsung terjun kelapangan,melihat dan mengamati secara langsung tumbuhan yang sedang dipelajari.
                   Pengamatan tumbuhan di kebun raya purwodadi perlu dilaksanakan untuk mengenal lebih dalam tentang materi matakuliah taksonomi tumbuhan tinggi  dan sebagai pelajar agar bisa mengetahui secara langsung tumbuhan yang sedang di pelajari.

                   
B.   TUJUAN
  1. Mengetahui tata cara pembuatan, penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium di Kebun Raya.
  2. Mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya Mengadakan pengamatan terhadap spesies untuk mengetahui ciri khusus/karakteristik dari masing-masing spesies.
C.   MANFAAT
1.    Mengetahui tumbuhan-tumbuhan yang menjadi koleksi kebun raya purwodadi
2.    Mengetahui perbedaan konservasi eksitu dan insitu
3.    Mengetahui cara pembuatan herbarium
4.    Dapat mengetahiu pemanfaatan tanaman sebagai bagian dari kebudayaan melalui etnobaotani
5.    mengetahui karakteristik dari masing-masing spesies sehingga dapat mengkarakteristikannya
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Iklim khatulistiwa, juga dikenal sebagai iklim hutan hujan tropis, adalah sejenis iklim tropis yang tidak mengalami musim kering, yaitu semua 12 bulan dalam setahun mencatat nilai presipitasi minimal setidaknya 60 mm (2.36 inci). Iklim khatulistiwa bukan seperti musim panas dan dingin yang signifikan, sebaliknya bercuaca panas dan lembab sepanjang tahun dengan hujan lebat yang turun pada waktu sore hampir setiap hari. Panjang waktu siangnya hampir sama setiap hari, meskipun perbedaan suhu rata-rata antara siang dan malam jauh lebih signifikan dibandingkan perbedaan suhu rata-rata antara "musim panas" dan "musim dingin".

            Iklim khatulistiwa biasanya ditemukan di garis lintang antara lima derajat di Utara dan Selatan dari khatulistiwa yang didominasi oleh Zona Pertemuan Antartropika. Namun demikian, di tempat lain adanya juga mikroiklim tropis, apalagi bukan semua tempat di sepanjang kawasan khatulistiwa beriklim khatulistiwa (lihat juga zona kering khatulistiwa)
.
            Hutan Hujan Tropis adalah suatu masyarakat kompleks merupakan tempat yang menyediakan pohon dari berbagai ukuran. Dalam buku ini istilah kanopi hutan digunakan sebagai suatu yang umum untuk menjelaskan masyarakat tumbuhan keseluruhan di ata
s bumi. Di dalam kanopi iklim micro berbeda dengan diluarnya; cahaya lebih sedikit, kelembaban sangat tinggi, dan temperatur lebih rendah. Banyak dari pohon yang lebih kecil berkembang dalam naungan pohon yang lebih besar di dalam iklim mikro inilah terjadi pertumbuhan. Di atas bentuk pohon dan dalam iklim mikro dari cakupan pertumbuhan kanopi dari berbagai jenis tumbuhan lain: pemanjat, epiphytes, mencekik, tanaman benalu, dan saprophytes.
Pohon dan kebanyakan dari tumbuhan lain berakar pada tanah dan menyerap unsur hara dan air. Daun-Daun yang gugur, Ranting, Cabang, dan bagian lain yang tersedia; makanan untuk sejumlah inang hewan invertebrata, yang penting seperti rayap, juga untuk jamur dan bakteri. Unsur hara dikembalikan ke tanah lewat pembusukan dari bagian yang jatuh dan dengan pencucian dari daun-daun oleh air hujan. Ini merupakan ciri hutan hujan tropis yang kebanyakan dari gudang unsur hara total ada dalam tumbuhan; secara relatif kecil di simpan dalam tanah.
            Iklim khatulistiwa dilambangkan oleh Af menurut sistem klasifikasi iklim Köppen. Hutan hujan tropis merupakan tanaman alami di wilayah khatulistiwa.

            Jenis tumbuhan penyusun hutan hujan tropis sangat beragam, dalam 1 ha bisa ditemui 100 spesies tumbuhan. Dari sekian banyak jenis yang ada baru sebagian kecil yang dikenali dan diketahui manfaatnya. Keanekaragaman ini tidak terjadi pada flora saja tetapi fauna penyusunnya juga beranekaragam. Ekosistem yang mempunyai keanekaragaman tinggi akan mempunyai stabilitas ekosistem yang mantap.Tumbuhan khas yang dijumpai adalah liana dan epifit. Liana adalah
tumbuhan yang menjalar di permukaan hutan, contoh: rotan. Epifit
adalah tumbuhan yang menempel pada batang-batang pohon, dan
tidak merugikan pohon tersebut, contoh: Anggrek, paku Sarang
Burung.
- Fauna: di daerah tudung yang cukup sinar matahari, pada siang hari
hidup hewan-hewan yang bersifat diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari, didaerah bawah kanopi dan daerah dasar hidup hewan-
hewan yang bersifat nokfurnal yaitu hewan yang aktif pada malam
hari, misalnya: burung hantu, babi hutan,kucing hutan, macan tutul.
            Hutan tropis memiliki tanaman yang khas, yang memiliki ciri-ciri tertentu, hamper semua yang berhabitat di daerah tropis memiliki batang yang tinggi, keras, dan akar yang mencekam dalam ke tanah,terdapat banyak tumbuhan dari family-famili yang berbeda yang berhabitat di daerah tropis, diantaranya: family moraceae, palmaceae, Spermathophyta, Musaceae, Pandanaceae, namun ada juga yang jenis tumbuhan yang bersifat epifit, epifit adalah semua tumbuh-tumbuhan yang menempel dan tumbuh di atas tanaman lain untuk mendapatkan sinar matahari dan air. Akan tetapi epifit bukanlah parasit. Epifit bahkan menyediakan tempat tumbuh bagi hewan­hewan tertentu seperti semut-semut pohon dan memainkan peranan penting dalam ekosistem hutan. Sebagian besar tanaman ini (seperti lumut, ganggang, anggrek, dan paku-pakuan) tingkat hidupnya rendah dan bahkan lebih senang hidup di atas tumbuh­tumbuhan lain daripada tumbuh sendiri.Tumbuhan yang bersifat epifit, kebanyakan di dominasi oleh tumbuhan dari jenis paku-pakuan,

(a)    HUJAN TROPIS ::.


1. Ekosistem Hutan Hujan Tropis
Hutan Hujan Tropis adalah suatu masyarakat kompleks merupakan tempat yang menyediakan pohon dari berbagai ukuran. Dalam buku ini istilah kanopi hutan digunakan sebagai suatu yang umum untuk menjelaskan masyarakat tumbuhan keseluruhan di atas bumi. Di dalam kanopi iklim micro berbeda dengan diluarnya; cahaya lebih sedikit, kelembaban sangat tinggi, dan temperatur lebih rendah. Banyak dari pohon yang lebih kecil berkembang dalam naungan pohon yang lebih besar di dalam iklim mikro inilah terjadi pertumbuhan. Di atas bentuk pohon dan dalam iklim mikro dari cakupan pertumbuhan kanopi dari berbagai jenis tumbuhan lain: pemanjat, epiphytes, mencekik, tanaman benalu, dan saprophytes.
Pohon dan kebanyakan dari tumbuhan lain berakar pada tanah dan menyerap unsur hara dan air. Daun-Daun yang gugur, Ranting, Cabang, dan bagian lain yang tersedia; makanan untuk sejumlah inang hewan invertebrata, yang penting seperti rayap, juga untuk jamur dan bakteri. Unsur hara dikembalikan ke tanah lewat pembusukan dari bagian yang jatuh dan dengan pencucian dari daun-daun oleh air hujan. Ini merupakan ciri hutan hujan tropis yang kebanyakan dari gudang unsur hara total ada dalam tumbuhan; secara relatif kecil di simpan dalam tanah.
Di dalam kanopi hutan, terutama di hutan dataran rendah, disana hidup binatang dengan cakupan luas, hewan veterbrata dan invertebrata, beberapa yang makan bagian tumbuhan, yang memakan hewan. Hubungan timbal balik kompleks ada antara tumbuhan dan binatang, sebagai contoh, dalam hubungan dengan penyerbukan bunga dan penyebaran biji. Beberapa tumbuhan, yang disebut myrmecophytes, menyediakan tempat perlindungan untuk semut di dalam organ yang dimodifikasi. Banyak tumbuhan, menghasilkan bahan-kimia yang berbisa bagi banyak serangga dan cara ini untuk perlindungan diri dari pemangsaan.

Keseluruhan masyarakat organik dan lingkungan phisik dan kimianya bersama-sama menyusun dasar ekosistem pada hutan hujan tropis. Jika bagian dari hutan menjadi rusak, tumbuhan (dan satwa) terbukanya gap, yang lain menyerbu dengan persaingan; ada suatu suksesi sekunder dari komunitas tumbuhan seral, hingga dengan cepat suatu masyarakat yang serupa menjadi asli seperti semula. Ini disebut “Klimaks”. Pada permukaan tanah terbuka, contohnya, terjadi pada 1963 oleh letusan Gunung Agong di Bali, suatu suksesi primer, atau prisere, terjadi juga hingga Klimaks.
2. Synusiae
Suatu synusia adalah suatu kelompok tumbuhan dari bentuk hidup yang serupa mengisi relung yang sama dan berperan serupa di dalam komunitas dimana bentuknya terpisah (Richards 1952); Ini merupakan suatu bentuk hidup komunitas terpisah.
Synusiae menyediakan suatu bahan untuk menganalisa masyarakat tumbuhan yang kompleks. Richards (1952) telah memperkenalkan suatu penggolongan yang praktis untuk synusiae hutan hujan tropis:

A. Tumbuhan Autotrophic (dengan butir hijau daun)
1. Tumbuhan Independent Mekanis
(a) pohon dan treelets;
( b) herba.
2. Tumbuhan Dependent Mekanis
(a) pemanjat;
( b) para pencekik;
( c) epiphytes ( termasuk semi-parasitic epiphytes).
1. Saprophytes.
2. Parasites.
3. Siklus Pertumbuhan Hutan
Pohon ada yang mati dan secepatnya mati disebabkan umur yang tua, biasanya dari ujung cabang memutar kembali kepada tajuk, sedemikian sehingga spesimen hampir mati tua (`overmature' di dalam bahasa rimbawan) adalah ‘‘stagheaded'', dengan dahan lebat yang diarahkan oleh hilangnya anggota yang semakin langsing; lubang biasanya berongga pada tingkat ini. Gugur tajuk ke bawah adalah bagiannya, dan secepatnya batang dan musim gugur potongan dahan sisanya, sering menyurut oleh suatu hembusan keras badai yang diawali dengan angin. Alternatif batang terpisah sebagai kolom berdiri. Banyak pohon tidak pernah menjangkau tingkat lanjut seperti itu tetapi diserang mati oleh kilat atau turun satu demi satu atau di dalam kelompok pada kedewasaan utama mereka atau lebih awal. Rimbawan mencoba untuk memanen suatu pohon baik sebelum umur tua hampir matinya.
Kematian dari suatu pohon individu atau suatu kelompok menghasilkan suatu gap didalam kanopi hutan yang memungkinkan pohon lain tumbuh. Ini pada gilirannya menjangkau kedewasaan dan barangkali senescence; kemudian mati. Kanopi Hutan, secara terus menerus mengganti pohon tumbuh dan mati. Ini merupakan suatu kesatuan hidup dalam keadaan keseimbangan dinamis. Itu menyenangkan untuk diteliti pertumbuhan ini siklus kanopi ke dalam tiga fasa: tahap gap, membangun tahap, dan tahap dewasa ( cf. Watt 1947).
          Tingkat dan pengaturan dari tahap ini berbeda dari hutan ke hutan, sebagian besar berbeda sebab faktor yang menyebabkan kematian. Di Hutan Hujan Dipterocarpaceae selalu hijau pada Malaya Tengah, suatu daerah dimana gap kecil merupakan hal yang biasa terjadi.
Jumlah materi tumbuhan baru memproduksi per unit area per unit waktu, yang dapat disebut netto produktivitas primer hutan, berbeda antara tiap tahapan. Tahap gap yang rendah, meningkat ke suatu maksimum di dalam tahap pertumbuhan, dan merosot sepanjang tahap dewasa ( cf. Watt 1947).
4. Stratifikasi
Hutan sering dianggap menjadi lapisan atau strata dan formasi hutan berbeda untuk mendapatkan jumlah strata berbeda & Strata ( Lapisan, atau tingkat) sering mudah dilihat dalam hutan atau pada suatu diagram profil, tetapi kadang tidak dapat.
Mungkin pemakaian umum istilah stratifikasi untuk mengacu pada lapisan total tingginya pohon, yang kadang-kadang diambil seperti lapisan tajuk pohon. Pandangan yang klasik lapisan pohon yang selalu hijau dataran rendah tropis hutan hujan adalah bahwa ada lima strata, A-E. Lapisan A merupakan lapisan paling tinggi pohon yang paling besar yang biasanya berdiri seperti terisola   si atau kelompok yang muncul kepala dan bahu, di atas berlanjut lapisan B, kanopi yang utama. Di bawah B adalah suatu tingkat pohon lebih rendah, Lapisan C ditunjukan bergabung dalam B kecuali pada dua poin-poin dekat akhir. Lapisan D adalah berhutan treelets dan lapisan E forest-floor tumbuh-tumbuhan herba dan semaian bibit kecil. Bersama-Sama ini lima lapisan menjadi anggota synusiae dari tumbuhan autotrophic independent mekanis. Dihubungkan dengan Lapisan struktural ini, sering kasus yang di dalam strata yang lebih rendah tajuk pohon kebanyakan lebih tinggi dari lebar, dan sebaliknya.

            Konsep struktural lapisan kelihatan hilang pada alam yang dinamis dari kanopi hutan hujan, kenyataannya yang tumbuh dalam ditambah sejak semula. Penambalan pada berbagai ukuran adalah tahap beragam siklum pertumbuhan hutan.
Lapisan bentuk tajuk berhubungan dengan pertumbuhan pohon. Pohon muda masih bertumbuh tingginya lingkar hampir selalu monopodial, dengan batang tunggal (ada beberapa perkecualian, sebagai contoh Alstonia), dan tajuk pada umumnya sempit dan jangkung. Pohon Dewasa kebanyakan jenis adalah sympodial, tanpa batang pusat tunggal, dan beberapa dahan melanjut untuk tumbuh menambah lebar tajuk setelah dewasa tingginya telah dicapai; paling pada umumnya, sympodial tajuk lebih luas dibanding mereka adalah dalam, terus meningkat sangat dengan meningkatnya umur pohon. Pohon lebih pendek belum dewasa dibanding yang tinggi. Lapisan bentuk tajuk begitu sangat diharapkan.
            Pertumbuhan Tinggi kebanyakan jenis pohon menjadi sempurna ketika hanya antara sepertiga dan setengah mencapai lubang diameter akhir. Diikuti daun-daunan akan cenderung untuk dipusatkan berlapis-lapis di mana suatu jenis atau suatu kelompok jenis dari dewasa serupa tingginya mendominasi suatu posisi, sebagai contoh, di dalam hutan dipterocarp.
Lapisan struktural kadang-kadang kelihatan pada diagram profil atau di dalam hutan dan jumlah dan tingginya lapisan akan tergantung pada tahap atau mewakili tahap siklus pertumbuhan. Tiga lapisan pohon di dalam pohon hutan hujan tropis yang selalu hijau dataran rendah adalah suatu yang abstrak menyenangkan menghadirkan status yang umum bangunan dan tahap dewasa mempertimbangkan bersama-sama. Tetapi pengambilan data dari suatu area tanpa memperhatikan langkah-langkah yang phasic akan pada umumnya mengaburkan keberadaan lapisan, kecuali Hutan dengan sedikit jenis atau kelompok yang mendewasakan pada kemuliaan berbeda.
Penggunaan lain dari konsep stratifikasi pada ketinggian dimana jenis pohon tertentu atau bahkan keluarga-keluarga biasanya dewasa. Sebagai contoh, di Malaya muncul atau yang paling atas lak terdiri kebanyakan kelompok Dipterocarpaceae dan Leguminosae. Tentang Dipterocarpaceae, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Shorea menyediakan banyak yang muncul dan sebagai pembanding Hopea dan Vatica pohon yang kecil yang B dan C lapisan. Hanya sedikit dari 53 jenis Leguminosae Pohon didalam Malaya adalah umum seperti muncul, terutama jenis Dialium, Koompassia, dan Sindora ( Whitmore 1972d). Hutan hujan dataran rendah selalu hijau Dipterocarp pada umumnya puncak kanopi pada 45 m, dan umumnya pohon individu mencapai tinggi 60 m. Pohon paling tinggi dicatat adalah Kompassia Excelsa ( 80'72 m Malaya, 83'82 m. Sarawak; Gambar. 4.2, p. 54) dan Dryobalanops aromatica 67'1 m ( Foxworthy 1926). Timur Pilipina dipterocarps hanya di tempat penting dan kanopi lebih rendah, sebagai contoh, Vitex cofassus Pometia pinnata di dalam Hutan dataran rendah Bougainville pada umumnya 30- 35 m tinggi dengan muncul tersebar sampai 39 m ( Heyligers 1967).
Burseraceae dan Sapotaceae berlimpah-limpah pada lapisan kanopi utama di barat Malesia dan lapisan puncak kanopi di timur Malesia. Pada daerah yang luas ini tingkat umumnya dikatakan lapisan C atau lapisan pohon bawah berisi kebanyakan jenis dua famili pohon paling besar, Euphorbiaceae dan Rubiaceae, dan banyak Annonaceae, Lauraceae, dan Myristicaceae, di antara yang lain.
            Pohon yang mencapai puncak kanopi terlihat ke atmospir eksternal, sangat trerisolasi, temperatur tinggi, dan pergerakan angin harus dipertimbangkan, dan harus yang sesuai diadaptasikan secara fisiologis. Di dalam kanopi microclimate sungguh berbeda, seperti telah digambarkan di pendahuluan pada bab ini dan dilanjutkan yang berikutnya. Mengikutinya mungkin salah satu yang dikenali dari dua kelompok yang berbeda jenis, menyesuaikan untuk diatur dua kondisi-kondisi ini; dan menarik seluruh jenis itu, atau bahkan seluruh familinya, memanfaatkan satu situasi atau yang lain. Jenis yang tumbuh dibawah naungan tetapi mencapai puncak dari kanopi pada tingkat dewasa dengan hidup di dua lingkungan sangat berbeda pada tahap berbeda dalam hidup, dan mungkin berubah secara fisiologis, meskipun demikian data eksperimen masih sebagian besar kekurangan.
5. Bentuk Pohon
            Pohon adalah bentuk hidup yang utama pada hutan hujan. Bahkan tumbuhan bawah sebagian besar terdiri dari tambuhan berkayu bergentuk pohon berhutan; semak belukar yang terlihat jarang, meskipun demikian lapisan D sering dengan bebas disebut “lapisan semak belukar”
Tajuk
            Aspek yang paling penting dari bentuk pohon untuk rimbawan yang disebut dalam bagian yang sebelumnya, adalah perbedaan antara konstruksi tajuk monopodial dan sympodial. Kebanyakan jenis berubah ke bentuk tajuk sympodial ketika mereka dewasa tetapi beberapa mempertahankan bentuk tajuk monopodial sepanjang seluruh hidup, sebagai contoh, semua Annonaceae dan Myristicaceae di hutan tropis timur jauh, ini umum terjadi di antara jenis pohon kecil berkembang di dalam kanopi. Rimbawan tertarik dengan volume kayu yang meningkat per area, dan pohon-pohon monopodial dengan karakteristik tajuk yang sempit, merupakan subyek yang lebih baik dalam penanaman dibandingkan jenis sympodial. Ini merupakan salah satu alasan mengapa conifer yang akan ditanam pada tropika basah yang memiliki daya tarik lebih untuk diperhatikan, khusunya Pinus spp tropis, dan Araucaria dan mengapa Shorea spp dari kelompok Dipterocarpaceae kayu Meranti Merah Terang dan jenis cepat tumbuh lainnya, jenis yang memerlukan cahaya, jenis kayu keras asli setempat, seperti Albizia falcata,  Campnosperma, Endospernum dan Octomeles, memiliki perhatian yang terbatas.
Tajuk pohon memiliki konstruksi yang tepat. Faktor utama yang menentukan bentuk tajuk adalah pertumbuhan apical versus lateral, meristem radial simetrik versus bilateral simetrik, berselang–seling dan berirama versus pertumbuhan berlanjut dari tunas dan daun atau bunga. Kombinasi faktor-faktor ini hanya memberikan pembatasan jumlah total dari model yang mungkin dari konstruksi tajuk. Arsitektur pohon tidak berkorelasi baik dengan taksonomi, beberapa famili kaya akan model, contohnya Euphorbiaceae dan yang lain miskin, contohnya Myristicaceae.
Batang Pohon
            Untuk mengamati bentuk batang pohon di atas lantai hutan selalu lebih kurang seperti tiang, sedikitnya sampai bagian yang paling rendah, dan ia merasakan seolah-olah di dalam suatu katedral beratap hijau. Sesungguhnya ada beberapa yang pada umumnya dapat dibandingkan dengan lilin yang kecil, dapat dilihat pada pohon yang di tebang dan kelebihannya harus dibuat ketika membuat tabel volume untuk tujuan kehutanan.
Banir.
            Tinggi Banir, menyebar, bentuk permukaan dan ketebalan biasanya tetap di dalam suatu jenis dan oleh karena itu, seperti bentuk tajuk penunjang adalah penuntun untuk identifikasi hutan. Ada sedikit bukti yang ganjil untuk menilai kebenaran atau jika tidak menyangkut penyamarataan yang umum bahwa pohon dengan akar ketukan dalam tidak membentuk penunjang, dan sebaliknya.
Kulit Batang
            Sesuatu kekeliruan umum bahwa semua atau sebagian pohon hutan memiliki kulit batang yang pucat, tipis dan licin. Ini jauh dari kenyataan, hutan hujan kaya dengan warna dan bayangan dari hitam (Dyospiros) sampai putih (Tristania), sampai warna coklat terang (Eugenia). Kecuali batang-batang pohon yang mengarah keluar iklim mikro hutan, seperti pohon yang dalam proses terisolasi dan pada pinggiran hutan, memiliki warna yang seragam yaitu abu-abu pucat. Sapihan dan tiang yang kecil memiliki kulit batang yang tipis dan lembut. Batang pohon dengan diameter di atas 0.9 m memperlihatkan suatu keaneka ragaman bentuk permukaan, secara kasar seperti bercelah, bersisik, atau “dippled”, dan beberapa licin. Setelah daun, karakteristik permukaan kulit batang dan penampilannya menjadi bantuan yang paling utama ke pengenalan jenis hutan dan mungkin punya arti untuk taksonomi. Beberapa famili homogen kulit batangnya dan yang lain menunjukkan pola gamut.
Bunga
            Biasanya bunga berkembang berhubungan dengan batang (Cauliflory) atau cabang (ramiflory) bervariasi antara formasi hutan hujan tropis yang berbeda. Cauliflory adalah paling umum di hutan hujan tropis dataran rendah yang selalu hijau dan berkurang sehubungan dengan pertambahan tinggi tempat.
Akar
            Suatu Pertumbuhan, memperbaharui minat akan sistem akar pohon hutan hujan tropis dengan pengembangan studi dalam produktivitas dan siklus hara.. Seperti kebanyakan kasus, kebanyakan akar ditengah hutan hujan ditemukan sampai pada 0.3 m atau kira-kira pada tanah. Banyak pohon yang sistem perakarannya dangkal dengan tidak menembus terlalu dalam semuanya. Beberapa, mungkin sedikit, mempunyai akar ketukan dalam, tetapi oleh karena; berhubungan dengan berbagai kesulitan dalam pelaksanaannya maka sistem perakaran sangat sedikit dipelajari. Nye dan Greenland (1960) sudah memberi perhatian pada peran penting akar secara relatif , beberapa menembus ke kedalaman tertentu untuk mengambil hara mineral dari pelapukan partikel batuan atau horizon alluvial, di samping peran mereka sebagi penstabil dan jangkar. Sesungguhnya sangat sukar untuk mengetahui akar mana yang sangat bagus dan merupakan ciri hidup mereka. Komponen ini kemudian biasanya diremehkan, meskipun demikian esuatu yang sangat substansial dalah menegtahui jumlah biomassa akar. Biomassa akar merupakan urutan kesepuluh dari total biomassa dari dua hutan yang dipelajari. Hal ini merupakan alasan yang dapat dipercaya menagapa akar terkonsentarsi di permukaan karena hara inorganik terbentuk di sana sebagai hasil dekomposisi sisa-sisa bagian tumbuhan yang jatuh dan hewan yang mati.

6. Epifit, pemanjat dan pencekik
            Epifit dan pemanjat dibuat stratifikasi. Di dalam masing-masing synusia dua kelompok utama dapat dikenali, suatu photophytic atau kelompok yang memerlukan matahari , menyesuaikan diri secara morfologi maupun fisiologi dengan iklim mikro dari kanopi hutan, dan skiophytic atau kelompok yang memerlukan keteduhan, menyesuaikan diri dengan daerah yang lebih dingin, lebih gelap dan lebih lembab pada iklim mikro dari kanopi hutan, meskipun demikian perbdaan ini tidak pernah absolut.
Epifit
Epifit tajuk pohon seperti kebanyakan anggrek dan Ericaceae. Dalam hutan hujan tropika banyak tumbuh golongan epifit yang jumlahnya kurang lebih 10% dari pohon-pohon dalam hutan hujan (Richards, 1952). Epifit adalah semua tumbuh-tumbuhan yang menempel dan tumbuh di atas tanaman lain untuk mendapatkan sinar matahari dan air. Akan tetapi epifit bukanlah parasit. Epifit bahkan menyediakan tempat tumbuh bagi hewan­hewan tertentu seperti semut-semut pohon dan memainkan peranan penting dalam ekosistem hutan. Sebagian besar tanaman ini (seperti lumut, ganggang, anggrek, dan paku-pakuan) tingkat hidupnya rendah dan bahkan lebih senang hidup di atas tumbuh­tumbuhan lain daripada tumbuh sendiri.
Pemanjat
Banyak pemanjat yang menjangkau puncak kanopi mempunyai bentuk tajuk, dan sering juga ukuran, dari tajuk pohon. Pemanjat biasanya dengan bebas menggantung pada batang pohon, dan dapat berubah menjadi pemanjat berkayu besar. Mereka diwakili oleh banyak famili tumbuhan. Semua kecuali dua jenis dicurigai Gymnosperm Gnetum adalah pemanjat berkayu besar. Di antara pemanjat berkayu besar yang paling umum adalah Annonaceae. Palm yang menjadi pemanjat, rotan, adalah kelas penting lainnya dari pemanjat berkayu besar yang merupakan corak hutan hujan.
Pemanjat berkayu paling besar adalah photophytes dan tumbuh prolifically di dalam pembukaan hutan dan pinggiran hutan, menimbulkan dongeng yang populer rimba raya tebal yang tak dapat tembus. Mereka bertumbuh dalam gap dan tumbuh dengan tajuk pada pohon muda, maka akan ikut dengan bertumbuh tingginya penggantian kanopi. Mereka juga bertumbuh setelah operasi penebangan dan boleh membuktikan suatu rintangan serius kepada pertumbuhan suatu hutan
Pencekik


Para pencekik adalah tumbuhan yang memulai hidupnya sebagai epifit dan menurunkan akar ke tanah dan meningkat dalam jumlah dan ukuran dan bertahan di bawah tekanan dan akhirnya dapat membungkus pohon yang menjadi tuannya sehingga sering pohon itu kemudian mati. Contoh pencekik adalah Schefflera, Fagraea, Timonius, Spondias dan Wightia.

D. Herbarium
Herbarium adalah koleksi referensi suatu jenis tumbuhan yang dapat merepresentasikan morfologi tumbuhan yang meliputi batang, daun, bunga, dan buah. Pembuatan herbarium dapat dilakukan dalam keadaan kering maupun basah.Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi yang sudah diidentifikasi dan ditanam bukan lagi di habitat aslinya. Sedangkan herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeeringan, namun tetap terlihat cirri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan perbandingan pada saat determinasi selanjutnya.
Dalam botani, herbarium  kadang-kadang dikenal dengan istilah herbar inggris – adalah koleksi spesimen tanaman diawetkan. Spesimen ini mungkin seluruh tanaman atau bagian tanaman: ini biasanya akan berada dalam bentuk kering, dipasang pada selembar kertas, tetapi tergantung pada materi juga dapat disimpan dalam alkohol atau pengawet lainnya. Istilah yang sama sering digunakan dalam mikologi untuk menggambarkan koleksi setara dengan jamur diawetkan, atau dikenal sebagai sebuah fungarium.Istilah ini juga dapat merujuk pada bangunan di mana spesimen disimpan, atau lembaga ilmiah yang tidak hanya menyimpan tetapi meneliti ini spesimen. Spesimen yang di herbarium sering digunakan sebagai bahan referensi dalam menggambarkan takson tanaman, beberapa spesimen mungkin jenis.Xylarium adalah spesimen herbarium yang mengkhususkan diri dalam kayu. Sebuah hortorium (seperti di Liberty Hyde Bailey Hortorium) adalah salah satu yang mengkhususkan diri dalam spesimen pengawetan dan pembudidayaan tanaman.
            Langkah pembuatan herbarium di lapangan diawali dengan pemberian label, kemudian dibungkus koran dan dimasukkan plastik kedap udara, lalu ditambahkan alkohol 70%. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan herbarium di laboratorium yang diawali dengan penggantian koran. Setelah itu dioven pada suhu 60 °C selama 2-7 hari, kemudian dimasukkan ke lemari pendingin -20 °C selama 1-2 minggu. Setelah itu baru disusun dalam kertas herbarium yang berukuran sekitar 30X40cm, pemberian label, dan disimpan dalam Ruang Koleksi Herbarium. Langkah ini kemudian diakhiri dengan identifikasi, yaitu pencocokan koleksi di Herbarium Nasional/internasional dan dibandingkan dengan spesimen tipe atau publikasi pertama, kemudian membuat referensi.
Pengawetan spesiemen
Untuk menjaga bentuk dan warna, tanaman dikumpulkan di lapangan tersebar rata pada lembar kertas dan dikeringkan, biasanya dalam menekan tanaman, antara tinta atau kertas penyerap. Spesimen, yang selanjutnya dipasang pada lembaran kertas putih kaku, diberi label dengan semua data penting, seperti tanggal dan tempat ditemukan, deskripsi tanaman, ketinggian, dan kondisi habitat khusus. Lembar ini kemudian ditempatkan dalam kasus pelindung. Sebagai pencegahan terhadap serangan serangga, tanaman ditekan dibekukan atau diracun dan kasusnya didesinfeksi.Kelompok-kelompok tertentu tanaman yang lembut, besar, atau tidak bisa menerima pengeringan dan pemasangan pada lembaran. Untuk tanaman ini, metode lain untuk persiapan dan penyimpanan dapat digunakan. Sebagai contoh, kerucut konifer dan daun palem dapat disimpan dalam kotak berlabel. Perwakilan bunga atau buah-buahan dapat diawetkan dalam formalin untuk mengawetkan struktur tiga dimensi mereka. Spesimen kecil, seperti lumut dan lumut lichen, sering dikeringkan dan dikemas dalam amplop kertas kecil.Tidak peduli metode pelestarian, informasi rinci di mana dan kapan tanaman itu dikumpulkan, habitat, warna (karena mungkin memudar dari waktu ke waktu), dan nama kolektor biasanya disertakan.
Penggunaan
Herbarium sangat penting untuk studi taksonomi tanaman, studi tentang distribusi geografis, dan stabilisasi nomenklatur. Oleh karena itu diinginkan untuk menyertakan dalam spesimen sebanyak mungkin tanaman (misalnya, bunga, batang, daun, biji, dan buah). Linnaeus Herbarium ‘sekarang menjadi milik Linnean Society di Inggris.Spesimen disimpan di herbarium dapat digunakan untuk katalog atau mengidentifikasi flora daerah. Sebuah koleksi besar dari area tunggal digunakan dalam menulis panduan lapangan atau manual untuk membantu dalam identifikasi tanaman yang tumbuh di sana. Dengan spesimen yang tersedia, penulis panduan ini akan lebih memahami variabilitas dalam bentuk tanaman dan distribusi alam dimana tanaman tumbuh.Herbarium juga melestarikan catatan sejarah perubahan vegetasi dari waktu ke waktu. Dalam beberapa kasus, tanaman menjadi punah di satu wilayah, atau mungkin menjadi punah sama sekali. Dalam kasus tersebut, spesimen yang diawetkan di herbarium yang dapat mewakili catatan hanya distribusi asli pabrik. Lingkungan ilmuwan menggunakan data tersebut untuk melacak perubahan iklim dan dampak manusia.
Banyak jenis ilmuwan menggunakan herbarium untuk mengawetkan spesimen voucher; sampel representatif dari tanaman yang digunakan dalam studi tertentu untuk menunjukkan secara tepat sumber data mereka.
BAB III
METODE PENELITIAN

 

A.    WAKTU DAN TEMPAT
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dalam mengamati  tumbuhan dataran rendah dan herbarium  ini dilaksanakan pada pukul 08.00-12.30 WIB, tepatnya pada hari minggu tanggal 8 april 2012. Dan kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini bertempat di Kebun Raya lipi Purwodadi, pasuruan, Jawa Timur, Indonesia.
B.    Alat dan Bahan
1.    Alat tulis
2.    Papan dada
3.    Tas
4.    Buku tulis
5.    Kertas
6.    Buku panduan
C.   Cara kerja
1.    Disiapkan alat tulis yang akan dibutuhkan dalam KKl
2.    Disiapkan tas
3.    Disiapkan buku tulis dan kertas yang akan diperlukan dalam KKl
4.    Kemudian siapkan papan dada untuk membantu menulis saat pengamatan
5.    Dan disiapkan buku panduan saat pengamatan berlangsung
6.    Setelah itu diamati spesies yang ada di kebun raya
7.    Kemudian dicatat nama family dan spesies dengan buku tulis dan alat tulis yang telah disediakan
8.    Kemudian dicocokkan pada buku panduan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan
9.    Setelah itu diamati herbarium di kantor kebun raya lantai 3
10.  Kemudian dicatat spesies serta langkah-langkah pembuatan herbarium basah dan kering
11.  Dan kemudian dicocokkan pada buku panduan nama spesies yang dibuat herbarium basah maupun kering
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Sejarah Kebun Raya Purwodadi
            Didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. L.G.M. Baas Becking. Kebun ini merupakan salah satu dari 3 cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi spesifik. Kedua cabang lainnya adalah Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Pengelolaan seluruh Kebun Raya ini berada di bawah tanggung jawab LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).
            Mula-mula kebun ini dipergunakan untuk kegiatan penelitian tanaman perkebunan. Kemudian pada tahun 1954 mulai diterapkan dasar-dasar per-kebunraya-an yaitu dengan dimulainya pembuatan petak-petak tanaman koleksi. Sejak tahun 1980 sebagian tanaman ditata kembali menurut kelompok suku yang menganut klasifikasi sistem Engler dan Pranti. Dalam perkembangannya diharapkan UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi akan menjadi pusat konservasi dan penelitihan tumbuhan iklim kering di daerah tropis.

            Kebun ini merupakan salah satu dari 3 cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi spesifik. Kedua cabang lainnya adalab Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor). Kebun Raya Indonesia merupakan Unit Pelaksana ( Kebun Raya Bogor ), Kebun Raya Indonesia merupakan Unit Pelaksana Teknis yang bernaung dibawah dan bertanggung jawab kepada Deputi Ketua LIPI Bidang IPA. Yang pembinan sehari-hari dilakukan oleh Kepala Pusaat Penelitian dan Pengembangan ( Pulitbang Biologi ). Pengelolahan seluruh Kebun Raya ini berada dibawah tanggung jawab LIPI ( Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia ).

            Lokasi Kebun Raya ini terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan Lokasi ini terletak di tepi jalan besar yang menghubungkan 3 kota, yaitu Malang, Surabaya, dan Pasuruan.
Jarak dari kota Malang adalah 24 km ke arah utara, dan dari kota Pasuruan 30 km ke arah barat daya dan dari kota Surabaya 65 km ke arah selatan. Luas Kebun Raya Purwodadi sakitar 85 ha, pada ketinggian 300m dpl dengan topografi datar sampai bergelombang. Curah hujan rata--rata per tahun 2366 mm dengan bulan basah antara bulan November dan Maret dengan suhu berkisar antara 22º -32oC.
            B. Koleksi Herbarium
            Karakteristik utama dari kebun raya adalah koleksi tanaman dan dokumentasinya serta adanya koleksi penunjang seperti koleksi biji dan herbarium. Koleksi biji bertanggungjawab untuk pengelolaan material biji koleksi kebun. Sedangkan herbarium bertugas menyimpan spesimen tanaman koleksi untuk tujuan identifikasi. Kebun Raya Purwodadi memiliki luas kawasan 85 ha, dengan koleksi 174 suku, 908 marga dan 1,896 jenis. Sementara kondisi koleksi biji tercatat 63 suku, 246 marga dan 373 jenis yang disimpan di bank biji dan 101 suku, 387 marga dan 647 jenis disimpan di museum biji. Demikian pula dengan kondisi herbarium tercatat 128 suku, 690 marga dan 993 jenis, berupa herbarium kering 1140 spesimen dan herbarium basah 340 spesimen. Material biji dan spesimen herbarium yang disimpan dalam koleksi penunjang memiliki karakteristik yang spesifik dan unik. Salah satu koleksi yang menarik dan memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia adalah suku Arecaceae dengan keragaman jenis yang tinggi di Indonesia. Koleksi Arecaceae di Kebun Raya Purwodadi tercatat 358 spesimen (individu tanaman), 54 marga, 93 jenis dengan 16 marga masih belum teridentifikasi tingkat jenis. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan menginformasikan koleksi biji Arecaceae beserta spesimen herbarium Arecaceae yang dimiliki di Kebun Raya Purwodadi. Hasilnya menunjukkan bahwa 93 jenis tanaman kebun dari suku Arecaceae yang dikoleksi hanya 88 jenis yang telah diamati fenologi. Dimana 52 jenis yang tersimpan di koleksi biji dan 18 jenis yang tersimpan di herbarium.
            Sampai dengan januari 2000, herbarium yang telah dikumpulkan sebanyak 199 suku, 669 marga, 1016 jenis, dan 3531 sheet, Koleksi herbarium disimpan di ruang tersendiri dan dapat dimanfaatkan untuk umum guna keperluan penelitian. Biji dari tanaman koleksi dikumpulkan dan ditempatkan dalam bank biji. Tersedia indeks seminum yang berisikan daftar koleks biji Kebun Raya Purwodadi. Tercatat ada 80 suku, 295 marga, 462 jenis. Pelayanan pertukaran biji antar instansi atau pribadi bisa dilakukan melalui Kebun Raya Bogor.
ALAT DAN BAHAN DALAM PEMBUATAN HERBARIUM
*      Gunting Tanaman
*      Pisau
*      Garpu Tanah (jawa: cethok)
*      Kantung Plastik bermacam ukuran
*      Buku Kecil untuk catatan
*      Label
*      Etiket Gantung
*      Pensil
*      Spidol
*      Kaca Pembesar
*      Altimeter
*      Kertas Herbarium ukuran 29cm X 43cm
*      Pengepres (sasah)
*      Kertas Koran
*      Formaldehid 4%
*      Etil Alcohol 70%
*      Sublimat
*      Asam Cuka
*      Kupri Sulfat
*      Akuades
CARA PEMBUATAN KOLEKSI
Cara mengoleksi tumbuhan-tumbuhan yang memiliki perawakan kecil seperti herba atau semak dapat dikoleksi secara menyeluh. Sedangkan cara mengoleksi pohon-pohon yang tinggi, liana dan epifit yakni dengan mengumpulkan apa saja yang dimiliki oleh tanaman tersebut yang diseleksi tanpa merusak tanaman tersebut. Pada pembuatan koleksi, idealnya harus berisi semua bagian tanaman, seperti akar, batang, daun, buah, biji, dsb.
Dalam pengumpulan tumbuhan dilapangan harus memperhatikan hal-hal berikut:
·         Tumbuhan yang akan dibuat herbarium diusahakan memiliki bagian yang  lengkap, dicari yang sedang berbunga atau yang sedang berbuah.
·         Kumpulkan tanaman dari lapangan, letakkan dalam vaskulum, kemudian masukkan diantara kertas Koran.
·         Tumbuhan diberi etiket gantung dan diberi nomor urut, nama singkatan kolektor, dan tanggal pengambilan.
·         Data-data lain dari tumbuhhan tersebut dicatat dalam buku koleksi, seperti tempat tumbuh, tinggi tempat, keadaan lingkungan, warna, bau, bagian-bagian dalam tumbuhan, populasi, dll.
Pengeringan dan Pengawetan
Pengeringan dan pengawetan bertujuan untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh serangga. Pengeringan spesimen dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: pemanasan oven, pengeringan lampu, pengeringan sinar matahari atau pemberian bahan kimia.
Pengawetan
a)      Di lapangan
1.      Menggunakan Formaldehid 8%
Ambil botol plastik polietena yang mempunyai ukuran 2,5 l; timbang 250 gr paraformaldehid, tambah 2 sdt heksamin, masukkan dalam botol plastik; tambah air mendidih sampai botol penuh; kemudian biarkan larutan itu selama semalam hingga menjadi formaldehid 8%.
2.      Menggunakan Etil Alkohol 75%
b)     Di tempat penyimpanan
Insektisida yang digunakan:
·         Kontak: gas sianida, paradichlorobenzena (PBD), dan karbon sulfide
·         Digestive: garam merkuri dan merkuri klorida
c)      Herbarium Kering
·     Bahan yang sudah dikeringkan, dicelupkan pada larutan campuran dari 1000cc Alkohol dengan 40gr sublimat, hingga basah seluruhnya.
·         Kemudian keringkan sampai benar-benar kering.
d)     Herbarium Basah
·    Tumbuhan dicuci hingga bersih, kemudian dimasukkan ke dalam bahan yang terdiri atas campuran 1000cc akuades, 25cc formalin, 1cc asam cuka, dan 15cc merkuri sulfat.
·         Beri label.
Buku catatan di lapangan digunakan untuk mengisi label yang akan disertakan pada spesimen herbarium, meliputi:
1.      Nomor koleksi
2.      Nomor spesimen
3.      Suku
4.      Lokasi
5.      Ketinggian
6.      Tanggal
7.      Habitat, meliputi: topografi, tanah, air, dan tipe vegetasi.
8.      Nama daerah
         SPESIMEN
            Spesimen herbarium ditempatkan pada tempat penyimpanan spesimen berupa almari atau rak herbarium dari besi. Penempatan spesimen harus sesuai dengan abjad suku dan menurut klasifikasi yang ada. Klasifikasi itu diantaranya menurut Bessey, Bentham, Hooker atau ahli lain.
KOLEKSI KHUSUS
Selain koleksi umum, herbarium juga mempunyai koleksi khusus yaitu seperti koleksi tipe, koleksi sinoptik, untuk pengajaran identifikasi, koleksi sejarah, dan koleksi hadiah atau koleksi pinjaman.
CARA KOLEKSI TUMBUHAN PALMAE
Kesulitan yang dihadapi dalam pembuatan koleksi tumbuhan Palmae:
 1. Ukurannya besar, jadi tidak bisa dikoleksi secara utuh, hanya jenis Palmae
         ukuran kecil yang bias dikoleksi secara utuh.
2. Memerlukan jangka waktu yang lama, karena termasuk tumbuhan yang     proses reproduksinya memakan waktu yang panjang.
3. Ada beberapa yang berumah dua, jadi untuk membuat koleksi yang utuh harus ada tumbuhan jantan dan betina.
4. Kadang memerlukan perijinan, jika Palmae yang akan dibuat koleksi tersebut mempunyai nilai ekonomis atau nilai budaya, maka perlu membuat perijinan, atau bahkan pembayaran pada pihak-pihak tertentu.
5.  Pemotretan, hal ini perlu dilakukan jika waktu yang dimiliki tidak terlalu panjang alias singkat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemotretan, antara lain:
*     Soliter atau kluster
*     Bunga tegak atau menggantung
*     Bersihkan vegetasi sekitar
*     Untuk tumbuhan berumah dua perlu diambil yang jantan dan betina
*     Perlu gambar-gambar dengan kualitas baik (mahkota bunga, permukaan batang, dll)
Bagian-bagian yang akan dijadikan herbarium (koleksi):
a)Daun menyirip: ujung daun, rakhis, dan jarak rakhis dicatat.
b)Daun Palma atau Costopalma keseluruhan daun yang berbentuk kipas; kecil (seluruhnya), besar (separuhnya dapat dibuang).
c)Batang; jika tidak terlalu besar maka cukup separuh batang tua, jika besar perlu dibuat potongan melintang (perhatikan ada tidaknya duri atau bekas menempelnya daun, dsb)
d)Bunga; karena bunga jantan mudah luruh maka perlu dimasukkan ke dalam amplop, bunga yang masih menempel perlu diawetkan.
e)Rangkaian bunga; aksis rangkaian bunga masih utuh, bunga masih utuh dengan cabang lateral.
f)Braktea; perlu dikoleksi secara utuh.
g)Buah dan biji; sebagian di buat koleksi basah, sebagian lagi koleksi kering.
h)Kecambah; dibuat koleksi satu seri stadium perkembangan.
CARA KOLEKSI TANAMAN PISANG
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Catat data-data lingkungan (ketinggian tempat, struktur tanah, dll)
2. Batang semu, meliputi: warna, lapisan lilin, tinggi dan diameter.
3. Daun, meliputi: tegak/menyebar, panjang/lebar, warna, lapisan lilin pada tangkai daun, dan tepi tangkai daun.
4. Tandan buah, meliputi: tegak/menggantung, jarak sisir yang satu dengan yang lain, serta jumlahnya.
5. Buah, meliputi: melengkung ke atas atau melengkung ke bawah, panjang, diameter, warna sebelum dan sesudah masak.
6. Rakhis, merupakan batang dari tandan buah di bagian terminal memanjang sesudah buah-buah terbentuk.
7. Jantung pisang, meliputi: bentuk dan warna.
8. Braktea, meliputi: posisi dan warna permukaan.
9. Bunga
10.Foto tumbuhan keseluruhan.
CARA KOLEKSI TUMBUHAN PAKU
1)  Ambil tumbuhan fertile.
Bila kecil ambil seluruhnya, bila besar ambil tangkai bagian basal tumbuhan (termasuk batang, tempat melekatnya dan bagian ujung); lamina (bagian bawah, tengah, ujung); sisik dari tangkai ental yang mudah lepas perlu dijaga.
2)   Apabila spora yang dihasilkan oleh ental berbeda, maka ental fertile dan steril perlu diambil.
3)   Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
    1.Batang/rimpang: ukuran, bentuk, permukaan, susunan berkas pengangkut.
    2.Tangkai: susunan berkas pengangkut dan permukaan.
    3. Ental: bentuk keseluruhan, tepi dan vena, sori, letak, bentuk dan susunan.
CARA MEMBUAT HERBARIUM TANAMAN AIR
Diapungkan dalam air.
Tempelkan kertas karton manila putih yang dialasi lempeng alumunium berlubang.
Diatur pada air dan biarkan air mengalir perlahan.
Angkat dari air dan tiriskan agar air berkurang.
 Tutup dengan kain belacu putih dengan ukuran sama.
PENGGUNAAN SPESIMEN
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan specimen:
a. Selalu dalam keadaan rata atau datar.
b.Pengambilan herbarium dengan menggunakan kedua tangan, diberi alas karton.
c.Pengambilan sampel secukupnya.
d.Penyimpanan khusus di rak atau lemari.
e.Jangan sampai tertindih dengan barang lain.
f. Jika terdapat bagian specimen yang terlepas, letakkan pada amplop dan sertakan kembali pada tempat spesimen.
g.Perbaiki spesimen yang rusak, tentunya ditempat yang lain.
h.Dilarang mencorat-coret herbarium.
C.   Koleksi Tanaman di Kebun Raya Purwodadi
 1.Rubiaceae
Klasifikasi
Subdivisi     Angiospermae
Klas         Dicotyledonae
Subklas     Sympetalae
Ordo         Rubiales
Famili     Rubiaceae
Deskripsi.
Pohon perdu atau herba, kadang-kadang memanjat, dengan daun yang biasanya bersilang berhadapan atau kadang-kadang berkarang. Daun kebanyakan bertepi rata. Daun penumpu terletak antara tangkai daun, berlekatan berpasangan, kadang-kadang terbagi dalam taju. Bunga di ketiak atau terminal, kadang-kadang tunggal, kebanyakan dalam berbagai bentuk karangan bunga beraturan, kebanyakan berkelamin 2, kelopak dan mahkota berdaun lekat. Benang sari sama banyak dengan taju mahkota dan berseling dengannya, tertancap pada tabung atau leher mahkota. Kepala sari beruang. Bakal buah seluruhnya atau sebaian terbesar tenggelam, beruang sampai banyak. Tangkai putik 1. Buah sangat bermacam-macam : buah kotak, buah buni, buah batu atau pecah dalam kendaga. Biji 1 hingga banyak tiap ruang.
rendah, Urophyllum tumbuh di hutan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan. Di daerah pantropical terdapat genus Psychtria tumbuh di dataran rendah dan hutan hujan dataran rendah dan Uncaria tumbuh di hutan primer dataran rendah, dan hutan hujan sekunder, Cinchona legeriana, Cinchona succirubra, Cinchona officinalis tersebar di daerah India Selatan.
 Morinda citrifolia L

Genus ini memiliki habitus perdu atau pohon yang bengkok dengan tinggi 3 – 8 meter. Buahnya dimakan sebagai sayur dan obat. Contoh :Morinda citrifolia (mengkudu).
Klasifikasi
Kingdom  Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom  Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi  Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi  Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas  Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas  Asteridae
Ordo  Rubiales
Famili  Rubiaceae
     Genus  Morinda
   Spesies Morinda citrifolia L.
Deskripsi
Habitat
Tumbuh liar di tepi pantai dan ditanam di seluruh Nusantara. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada lahan dengan ketinggian 1-1500 m dpl.
Pohon
Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. batang bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuniangan, berbelah dangkal, tidak berbulu,anak cabangnya bersegai empat. Tajuknya selalu hijau sepanjang tahun. Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan untuk penopang tanaman lada. Pohon mengkudu sangat potensial untuk dibudidayakan, karena sifat pohon tersebut yang mudah tumbuh dan tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi. Pohon mengkudu dapat hidup di dataran rendah hingga dataran tinggi yaitu antara 500 – 1.500 meter dpl. Mengkudu termasuk dalam golongan pohon kopi, soka, kaca piring dan dapat mencapai ketinggian antara 15-30 kaki. (Farida, 2008: 5)
Daun
Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hijau mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena banyak mengandung vitamin A.
Bunga
Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunganya berkelamin dua. Mahkota bunga putih, berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan. Bunganya putih, harum.
Buah
Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotik. Apabila buahnya sudah masak berbentuk poligon seperti bentuk kentang. Dalam satu buah banyak terdapat biji. Dalam satu buah dapat mengandung lebih dari 300 biji. Bentuk biji pipih lonjong, berwarna hitam kecoklatan, kulit biji tidak teratur/tidak rata.
Jenis_Jenis Mengkudu
Ada 80 jenis tanaman mengkudu. Menurut HB Guppy, ilmuwan asal Inggris yang mempelajari mengkudu di awal tahun 1990, sekitar 60% dari 80 spesies tanaman mengkudu atau sekitar 48 jenis tersebar di berbagai pulau besar dan kecil, di antaranya berada di Indonesia, Malaysia, Samudera Hindia dan Pasifik. Hanya sekitar 20 spesies Morinda yang mempunyai nilai ekonomis, antara lain:
1.      Morinda bracteata
2.      Morinda officinalis,
3.      Morinda fructus,
4.      Morinda tinctoria,
5.     Morinda citrifolia (mengkudu besar atau mengkudu laut).Morinda citrifolia adalah jenis yang paling populer, sehingga sering disebut sebagai “Queen of The Morinda”. Morinda citrifolia Linn, yang tumbuh tinggi sehingga 8 meter, menghasilkan buah yang dapat dimakan apabila masak. Khasiatnya untuk membersihkan darah serta mengatasi penyakit kencing manis. Juga dapat untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Daunnya yang besar dan lebar dilayukan (di panggang dengan api) dan kemudian diolesi minyak dan ditempelkan pada dada dan perut untuk mengobati demam dan sakit perut.
6.      Morinda elliptica Ridl yang lebih dikenal sebagai mengkudu hutan atau mengkudu kecil. Morinda elliptica Ridl mengeluarkan daun yang lebih kecil dan lebih tirus di bagian ujung dibandingkan dengan daunMorinda citrifolia Linn. Buahnya juga jauh lebih kecil dan kering. Pucuk mengkudu Morinda elliptica Ridl enak dimakan sebagai lalapan untuk menambah selera serta mengobati diare, penyakit menahun dan sakit kepala, terutama pada penyakit demam. Ia juga merupakan salah satu cara tradisional yang digunakan orang untuk merawat demam malaria., wasir. Cara mengobatinya yaitu dengan memilih daun yang tua kemudian ditumbuk hingga halus sebelum di usapkan pada dubur.
7.      Morinda umbellata Linn atau mengkudu akar. Morinda umbellataLinn merupakan sejenis pokok mengkudu yang tumbuh secara menjalar dan mengeluarkan buah berwarna jingga dan berbunga dibagian ujungnya. Akar dan daunnya digunakan dalam perubatan tradisional untuk mengobati penyakit kulit. Akarnya kemudian disapu pada bagian kulit yang berbintik-bintik, berpeluh atau ditumbuhi ruam. Daunnya pula direbus dan diminum sebagai obat cacing.
Mengkudu yang tersebar di Indonesia antara lain:
1)     Mengkudu tanah merah,
2)     Mengkudu padang (Morinda tinctoria Roxb.).
3)     Mengkudu tanah putih atau mengkudu Maluku, yang berasal dari Pulau Butung
4)     Mengkudu Bogor, yang dikenal sebagai “ratu”nya Morinda, karena kemampuannya menyebar ke seluruh penjuru dunia melalui bijinya, tanpa perlu bantuan manusia.
Mengkudu merupakan sejenis tumbuhan yang biasa di jumpai dikawasantropika. Mengkudu, secara bentuk dapat dikategorikan kepada dua jenis yang biasa dilihat yaitu mengkudu kecil dan mengkudu besar. Dan dapat dikategorikan kepada berbiji dan tidak berbiji tetapi mengkudu yang tidak berbiji agak sukar ditemui.
Manfaat
Mengkudu dimanfaatkan masyarakat dari akar sampai buahnya. Kulit akarnya dimanfaatkan untuk mewarnai benang, kain tenun dan batik. Masyarakat di pulau Jawa mengkonsumsi buah mengkudu yang tua atau mengkal matang untuk dibuat rujak, sedangkan buah mengkudu yang matang digunakan untuk membersihkan karat logam, mencuci rambut (sampoo) dan menghilangkan ketombe. Daun yang masih muda digunakan untuk membungkus pindang ikan, menyembuhkan sakit pegal linu, sakit perut, dan menurunkan tekanan darah tinggi. Bunganya digunakan untuk mengobati radang selaput mata, kudis, bisul, sakit kerongkongan dan batuk, sedangkan kulit pohon dipakai untuk mengobati bisul, sakit perut dan luka.
Penyebaran
Mengkudu berasal dari daratan Asia Tenggara dan menyebar sampai China, India, dan Filipina. Mengkudu pertama kali dibawa bangsa Polinesia pada tahun 100 SM. Mereka berpindah ke pulau Hawai dengan membawa berbagai tanaman dan hewan. Salah satu tanaman tersebut adalah mengkudu. Di Hawai mereka menyebutnya Hawai Magic Plant dan masyarakat bangsa “Barat” menyebut mengkudu(Morinda Citrifolia) dengan sebutan Queen Of The Morinda. Mengkudu dapat tumbuh mudah dimana saja, mengkudu tumbuh diberbagai tempat lewat bijinya yang tercecer ditanah dan pertumbuhannya sangat cepat sehingga buah yang dihasilkan sangat banyak.
2.Moreaceae
Pohon tanaman memanjat atau perdu, sangat kerap dengan getah.daun duduknya sangat berlain-lainan, tunggal, daun penumpu rontol atau tidak roktok,kalau rontok meninggalkan bekas yang jelas atau bersatu.bunga tersusun dengan bermacam cara, kadang-kadang dalam bulir rapat, kerap kali pada dinding bagian dalam dari dasar bunga utama yang berdaging. Buah bentuk bola atau peer yang terbuka pada ujung. Bunga berkelamin satu, berumah 1 atau 2, bunga jantan, daun tenda bunga 4, lepas atau melekat,kerap kali rontok dan membesar setelah mekar, bakal buah membesar atau tenggelam, beruang 1, bakal biji  1,tangkai putik 1-2. Buah buni, serupa buah batu  atau serupa dengan batu berdinding lunak, kadang-kadang terkumpul menjadi buah majemuk atau buah semu (Steenis, 1978).
Ficus carica L (buah tin)



 

Klasifikasi
Kingdom  Plantae
Subkingdom  Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi  Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi  Magnoliophyta (tumbuhan bunga)
Kelas  Magnoliopsida (dikotil)
Sub Kelas  Dilleniidae
Ordo  Urticales
Famili  Moraceae
Genus  Ficus
Spesies  Ficus carica
Habitus berupa pohon, besar dan dapat tumbuh hingga 10m dengan batang lunak berwarna abu-abu. Daunnya cukup besar dan berlekuk dalam, 3 atau 5 cuping.
Bunga tin tidak tampak karena terlindung oleh dasar bunga yang menutup sehingga dikira buah. Penyerbukan dilakukan oleh sejenis tawon khusus, sama seperti serangga yang menyerbuki jenis-jenis Ficus lainnya.
Yang disebut buah sebetulnya adalah dasar bunga yang membentuk bulatan. Tipe ini khas untuk semua anggota suku ara-araan (Moraceae). Buahnya berukuran panjang tiga hingga 5 cm, berwarna hijau. Beberapa kultivar berubah warna menjadi ungu jika masak. Getah yang dikeluarkan pohon ini dapat mengiritasi kulit.
Ficus benjamina .
 Bahasa daerah: ringin (Jawa)
1.    . Klasifikasi tumbuhan
Divisi: Spermatophyta
     Subdivisi : Angiospermae
          Kelas : Dicotyledoneae
                Bangsa : Urticales
                      Suku : Moraceae
                           Marga : Ficus
                                Jenis : Ficus
 benjamina L.
2.    Deskripsi
Pohon besar, tinggi 20-25 m, berakar tunggang. Batang tegak, bulat, permukaan kasar, coklat kehitaman, percabangan simpodial, pada batang keluar akar gantung (akar udara). Daun tunggal, bertangkai pendek, letak bersilang berhadapan, bentuknya lonjong, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 3-6 cm, lebar 2-4 cm, pertulangan menyirip, hijau. Bunga tunggal, keluar dari ketiak daun, kelopak bentuk corong, mahkota bulat, halus, kuning kehijauan. Buah buni, bulat, panjang, 0,5-1 cm, masih muda hijau, setelah tua merah. Biji bulat, keras, putih.
3.    Kandungan kimia dan khasiat
Akar udara mengandung asam amino, fenol, gula. Penyakit yang dapat diobati : pilek, demam tinggi, radang amandel (tonsilitis), nyeri rematik sendi, luka terpukul (memar), influenza, radang saluran napas (bronkitis), batuk rejan (pertusis), malaria, radang usus akut (acute enteritis), disentri, dan kejang panas pada anak.
4.    Penelitian antiangker
           Berdasarkan data empiris, beringin mampu mengobati atau mencegah kanker. Beringin putih mempunyai kandungan yang sama yaitu saponin, flavanoid, dan alkaloid yang mampu menghambat laju pertumbuhan sel kanker namun (agen kemopreventif).
5.    Manfaat
Beringin, yang disebut juga waringin atau (agak keliru) ara (ki ara, ki berarti “pohon”), dikenal sebagai tumbuhan pekarangan dan tumbuhan hias pot. Pemulia telah mengembangkan beringin berdaun loreng (variegata) yang populer sebagai tanaman hias ruangan. Beringin juga sering digunakan sebagai objek bonsai.
 Pohon bodhi sering dipertukarkan dengan beringin, meskipun keduanya adalah jenis yang berbeda.
Buah srikaya (Annona squamosa)                                   
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Magnoliidae
                         Ordo: Magnoliales
                             Famili: Annonaceae
                                 Genus: Annona
                                     Spesies: Annona squamosa L.
Srikaya atau buah nona (Annona squamosa), adalah tanaman yang tergolong ke dalam genus Annona yang berasal dari daerah tropis.Buah srikaya berbentuk bulat dengan kulit bermata banyak (serupa sirsak). Daging buahnya berwarna putih.
Deskripsi
Tumbuhan perdu, berumur panjang (perenial), tinggi 2 - 5 m. Akar tunggang. Batang berkayu, silindris, tegak, warna keabu-abuan, kulit tipis, permukaan kasar, percabangan simpodial, arah cabang miring ke atas. Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berseling (alternate), warna hijau, bentuk memanjang (oblongus), panjang 6 - 17 cm, lebar 2,5 - 7,5 cm, helaian daun tipis kaku, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip (pinnate), permukaan halus Bunga tunggal, muncul di ketiak daun dan ujung batang, bertangkai, kelopak tebal berwarna hijau kekuningan Buah semu, bulat mengerucut, warna hijau berbedak putih, 5 - 10 cm, permukaan buah benjol-benjol, dengan biji berbentuk kepingan kecil - berwarna hitam mengkilat, berbuah setelah berumur 3 - 5 tahun Perbanyaan Generatif (biji)
Habitat
Habitat asli Srikaya  berasal dari daerah tropis di Amerika, Karibia, Jamaika, India dan Pakistan. Buah ini ditemukan oleh para pelaut pengelana dari Eropa. Oleh pelaut Inggris dinamai Sugar Apple atau Custard Apple, yang berarti berasa seperti puding (custard) yang berbentuk seperti buah apel. Sedangkan kebanyakan orang Indonesia menyebutnya dengan Srikaya, Sirkaya atau Sarikaya. Sirkaya lokal banyak berkembang di Madura dan Sukolilo, (Desa Prawoto), Pati, Jateng.
Manfaat
Bagian tanaman srikaya yang dapat digunakan sebagai obat yaitu buah, daun, akar, kulit kayu, dan bijinya. Akar srikaya berkhasiat untuk antiradang, antidepresi. Manfaat daun srikaya yaitu astringen, antiradang, peluruh cacing usus, serta mempercepat pemasakan bisul dan abses. Biji srikaya berkhasiat memacu enzim pencernaan, abortivum, anthelmintik, dan pembunuh serangga.
Walaupun buah srikaya ini memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, namun penggunaannya harus dibawah herbalis berpengalaman. Karena beberapa bagian dari pohon srikaya ini beracun, seperti rebusan biji, kulit dan akar pohonnya. Bahkan untuk ibu hamil dilarang minum rebusan biji buah srikaya, karena bisa berbahaya untuk kesehatan ibu dan janinnya Kenanga (Cananga odorata)
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Magnoliidae
                         Ordo: Magnoliales
                             Famili: Annonaceae
                                 Genus: Cananga
                                     Spesies: Cananga odorata L.
Dekripsi
Pohon kenanga mempunyai pohon yang besar dengan diameter batang mencapai 70 cm dan tinggi hingga 20 meter. Batangnya membulat dan mudah patah terutama saat masih muda. Daun kenanga tunggal berbentuk bulat telur, dengan pangkal daun mirip jantung dan ujung daun runcing. Panjang daun mencapai 10 – 23 cm, dan lebar 4,5 – 14 cm. Bunga kenanga muncul di batang pohon atau ranting bagian atas dengan susunan bunga yang spesifik menyerupai bintang. Sebuah bunga kenanga terdiri dari 6 lembar daun dengan mahkota berwarna kuning serta dilengkapi 3 lembar daun berwarna hijau. Susunan bunga tersebut majemuk dengan garpu-garpu. Bunga kenanga beraroma harum dan khas. Buah Kenanga berbentuk bulat telur terbalik, sepanjang dua cm, berdaging tebal, berwarna hijau ketika masih muda, dan menjadi hitam setelah tua.
Habitat
Kenanga dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai 1200 m dpl., menghendaki iklim panas dengan curah hujan antara 300 - 500 mm sinar matahari yang cukup dengan suhu 25 - 30 °C
Manfaat
Tanaman Kenanga dimanfaatkan terutama bunganya. Bunga kenanga yang bearoma wangi dan harus dengan baunya yang khas dapat disuling menjadi parfum dan bahan kosmetika lainnya. Bahkan sejak dahulu telah dipergunakan sebagai pengharum tubuh, rambut, pakaian maupun ruangan. Selain itu bunga Kenanga ternyata juga telah dimanfaatkan sebagai tanaman obat yang mempunyai khasiat untuk obat pembersih sehabis melahirkan, obat sesak nafas dan bronkhitis, serta obat malaria.
Family lauraceae
       Karakteristik family atau suku dari lauraceae(medanngan - medangan) diantaranya adalah; perawakan(habitus) berupa pohon atau perdu yang aromatis(kecuali cassyta yang herba memanjat dan parasit).karbohidrat sebagai  cadangan sering dalam bentuk  inulin, terdapat  tanin,  juga menghasilkan proantosianin  dan biasanya alkaloid dari kelompok benzyl –isoquinolin dan aporfin, umumnya terdapat minyak atsiri (mengandung monoterpen dan sesquiterpen) atau sel-sel lender pada jaringan pembuluh(dasuki,1991)
Morfologi daun berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan daun pada suku lauraceae mirip   seperti sirih yaitu memiliki sistem pertulangan daun tiga dan melengkung
Cinnamomum verum
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua
)
                         Ordo:
Laurales
                             Famili: Lauraceae
                                 Genus: Cinnamomum
                                     Spesies: Cinnamomum verum
.
Morfologi daun berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan daun pada suku lauraceae mirip seperti sirih yaitu memiliki sistem pertulangan daun tiga dan melengkung, temasuk daun tunggal, tersebar, jarang yang behadapan atau dalam lingkaran , tanpa stipula, pada cassytha  daun tereduksi menjadi sisik
        Habitat dari suku lauraceae tersebar di daerah tropis dan subtropics, pusat penyebarannya di  Asia tenggara dan brazil.habitat pada spesies ini di malesa(malasyia, Filipina singapura, indonesia). Habitus spesies ini berupa pohon
        Bunga dalam ramesus, spika, umbela, atau panikula, setiap bunga aktinomorf, biseksual(kadang – kadang uniseksual), kaliks 6 sepal dalam 2 lingkaran, bersatu mebentuk tabung pada bagian dasar, ada  hipantium, korola tidak ada, stamen dalam 4 lingkaran masing- masing 3 helai melekat pada tabung kaliks, 1 atau lebih lingkaran terdalam dapat berupa staminodium, antera membuka dengan klep, filamen sering  mempunyai  sepasang tonjolan nectar pada dasar sampingnya, pistilum1 dengan ovarium superus, 1 karpel, 1 ruang dan 1 ovul.
         Buah baka atau drupa, pada dasarnya sering terdapat kupula  yang berasal dari kaliks yang persisten, biji dengan embrio yang besar, keping biji  mengandung minyak  dan pati, asam laurat merupakan bagian yang  tersebar dari lemak biji, tanpa endosperm.
KAYU ULIN(Eusideroxylon zwagerii )



 

kLASIFIKASI
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Magnoliidae
                         Ordo: Laurales
                             Famili: Lauraceae
                                 Genus: Eusideroxylon
                                     Spesies: Eusideroxylon zwagerii T. et B.
Umumnya tumbuhan ulin  memiliki diameter batang antara 60-120 cm, sedangkan tinggi batang pada umumnya berkisar antara 20-30 m. Batang tanaman ulin biasanya tumbuh lurus, tajuk pohon tanaman ulin berbentuk bulat, rapat dan melebar, susunan daun ulin beselang- seling, daun muda berwarna merah dan setelah tua berwarna hijau (Fakhrurazi, 2009).
Penyebaran jenis pohon ulin meliputi pulau Sumatera yaitu propinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Pulau Kalimantan. Di Luar Indonesia ulin terdapat pula di Malaysia (Serawak, Semenanjung Malaysia, Sabah dan Brunei Darussalam), kepulauan Sulu dan Pilipina (Pulau Palawan) (Fakhrurazi, 2009).
Manfaat
   Kayu ulin sangat kuat sehingga bisa di buat bahan bangunan rumah,jembatan  dan perkapalan
Kayu ulin termasuk pohon yang berdaun sepanjang musim. Ketahanan kayu yang merupakan kelas awet 1 dan kelas kuat 1 sejak dahulu sangat diminati untuk bahan kontruksi terutama pada daerah yang terendam air (jembatan, dermaga), selain itu dipakai sebagai papan, sirap dan bagian bangunan lainnya (Balitbang Kehutanan, Samarinda. 2004).
Annona muricata L.
Klasifikasi :
Kingdom Plantae
Subkingdom Tracheobionta
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Sub Kelas Magnoliidae
Ordo Magnoliales
Famili Annonaceae
       Genus Annona
          Spesies Annona  muricata
Annona muricata L. merupakan jenis yang berasal dari berbagai alam yang luas, dari Peru dan utara Argentina, Paraguay dan Brasil dan utara ke Guyana, Venezuela, Kolombia dan Meksiko selatan, Trinidad, Lesser Antilles termasuk Guadeloupe, Martinique dan St Vincent, dan Puerto Rico dan Hispaniola. Hal ini banyak dibudidayakan di sekitar Iquitos, Peru, dan Rio de Janeiro, Brasil dan buah yang dipasarkan dalam kelimpahan. Ini adalah buah favorit di Amazonia Barat. Biji pertama kali diperkenalkan ke Amerika Serikat dari Para, Brasil, oleh OW Barrett tahun 1908, kedua kalinya dari Parain 1910, dan sekali lagi pada 1912. Amerika Serikat Departemen Pertanian menerima benih dari Rio de Janeiro pada tahun 1914. PJ Wester mungkin telah mengambil benih ke Filipina dimana spesies pertama berbuah pada tahun 1915. Bibit didistribusikan kepada pelopor di Florida selatan tetapi hanya sedikit populasi pohon ada di sini hari ini.
Saat ini di Indonesia dikenal dua kultivar sirsak yang berbeda rasanya, yaitu sirsak yang rasanya manis asam dan banyak bijinya, jenis ini tersebar luas dalam jumlah besar. Kedua adalah sirsak yang rasanya manis, lengket di lidah dan bijinya sedikit, jenis ini dikenal dengan sebutan sirsak ratu karena ditemukan di Pelabuhan ratu dan baru dikembangkan dalam jumlah kecil di daerah Sukabumi dan sekitarnya. Buah sirsak termasuk buah semu, daging buah lunak atau lembek, berwarna putih, berserat, berbiji hitam pipih. Kulitnya berduri, tangkai buah menguning, aromanya harum, dan rasanya manis agak asam.
Buah sirsak yang normal dan sudah cukup tua / matang mempunyai berat ± 500 gr, warna kulit agak terang, hijau agak kekuningan dan mengkilap. Bentuk buah bagian ujung agak membulat dengan diameter ± 5 cm, diameter bagian tengah ± 7 cm, serta panjang buah ± 17 cm. Kerapatan duri maksimal 2- 3 buah per 4 cm (diukur pada bagian buah yang durinya paling jarang), kekerasan daging buah empuk merata, rasa manis atau manis asam segar dan beraroma khas.
Sirsak berbentuk perdu atau pohon kecil, tingginya 3-10 m, tajuknya cocok dengan model arsitektur Troll, bercabang hampir mulai dari pangkalnya. Daun berbentuk lonjong-bundar telur sungsang, berukuran (8-16) cm x (3-7) cm, ujungnya lancip pendek; tangkai daun panjangnya 3-7 mm. Bunga-bunganya teratur, 1-2 kuntum berada pada perbungaan yang pendek, berwarna kuning kehijauan; gagang bunga panjangnya sampai 2,5 cm; daun kelopaknya 3 helai, berbentuk segi tiga, tidak rontok, panjangnya sekitar 4 mm; daun mahkota 6 helai dalam 2 baris, 3 lembar daun mahkota terluar berbentuk bundar telur melebar, berukuran (3-5) cm x (2-4) cm; 3 lembar daun mahkota dalam berukuran (2-4) cm x (1,5-3,5) cm, pangkalnya bertaji pendek; benang sarinya banyak, tersusun atas barisan-barisan, menempel di torus yang terangkat, panjangnya 4-5 mm, tangkai sarinya berbulu lebat; bakal buahnya banyak, berbulu lebat sekali, kemudian gundul. Buahnya yang matang, yang merupakan buah semu, berbentuk bulat telur melebar atau mendekati jorong, berukuran (10-20) cm x (15-35) cm, berwarna hijau tua dan tertutup oleh duri-duri linak yang panjangnya sampai 6 mm, daging buahnya yang berwarna putih itu berdaging dan penuh dengan sari buah. Bijinya banyak, berbentuk bulat telur sungsang, berukuran 2 cm x 1 cm, berwarna coklat kehitamandan berkilap.
Kandungan Buah sirsak tersusun atas 67% daging buah yang dapat dimakan, 20% kulit, 8,5% biji, dan 4%.poros tengah buah, dari berat keseluruhan buah. Kandungan gulanya sekitar 68% dari seluruh bagian padat daging buah. Sirsak merupakan sumber vitamin B yang lumayan jumlahnya (0,07 mg/100 g daging buah) dan vitamin C (20 mg/ 100 g daging buah), dan sedikit sampai sedang kandungan kalsium dan fosfornya. Sifat yang paling disenangi orang dari sirsak ini ialah harumnya dan aromanya yang sangat menggiurkan. Daging buahnya mirip dengan ‘cherimoya’, warna putihnya yang murni itu sangat stabil, walaupun sedang diolah.
Ø  Manfaat
Berbagai manfaat sirsak untuk terapi antara lain pengobatan batu empedu, antisembelit, asam urat dan meningkatkan nafsu makan. Dengan mengkonsumsi buah sirsak dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan memperlambat proses penuaan (sebagai obat agar awet muda). Selain itu, kandungan seratnya juga berfungsi untuk memperlancar pencernaan, terutama untuk pengobatan sembelit. Sari buah sirsak di dalam sistem pencernaan akan meningkatkan rangsangan nafsu makan. Kegunaan lain dari sari buah ini adalah untuk pengobatan pinggang pegal dan nyeri, penyakit kandung air seni dan wasir (ambeien).
Annona reticulalata L.

Klasifikasi :
Kingdom Plantae
Subkingdom Tracheobionta
Super Divisi Spermatophyta
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Sub Kelas Magnoliidae
Ordo Magnoliales
Famili Annonaceae
Genus Annona
Spesies Annona reticulata L.
Habitat buah Annona reticulata L. adalah tumbuh di bawah sinar matahari penuh. Air secara teratur. Berasal dari kawasan Karibia tetapi telah menyebar di seluruh Amerika Tengah dan Selatan, serta Afrika dan Asia.
Buah Nona (Annona reticulata L.) biasanya ukurannya lebih besar daripada Annona squamosa, meskipun daun dan kulitnya mirip. Terkadang buah Nona ada yang berwarna ungu berbeda dengan buah Srikaya yang umumnya hijau. Sedangkan Sirsak buahnya seperti ada duri namun tidak tajam dan ukurannya jauh lebih besar daripada buah Nona atau Srikaya. Buah ini dapat dimanfaatkan sebagai pembunuh sel kanker.
            Pohon berukuran kecil. Daun bisa sangat cantik tapi pohon sering berbentuk tidak teratur. Pohon ini populer sebagai batang bawah untuk spesies Annona yang lain. Annona reticulata memiliki keuntungan lebih Annona lain, karena Annona reticulata cenderung untuk berbuah sedikit di akhir tahun. Daun lonjong berbentuk pisau pembedah dengan urat kelihatan dan mempunyai bau yang tidak enak. Bunga-bunga yang tidak pernah terbuka penuh, muncul dalam cluster terkulai dan mereka yang harum dan ramping, dengan tebal 3 luar, kelopak sempit, lampu-hijau luaran dan pucat-kuning dengan bintik hitam-merah atau ungu pada bahagian dalam dan pangkalan.
Buah majemuk dengan diameter dan boleh simetri berbentuk hati, miring, tidak teratur, hampir bulat, atau oblate dengan depresi berat atau cetek di pangkalan. Kulit buah tipis tapi sukar dan boleh kuning atau kecoklatan saat matang, dengan blush, pink kemerahan atau perang-merah. Ada lapisan tebal, seperti krim berwarna putih dari perniagaan seperti daging di bawah kulit di sekitarnya segmen yang juga lembut. Di setiap segmen ada satu biji yang keras berwarna coklat gelap atau hitam, berkilau, persegi panjang dan halus, kurang dari setengah inci panjang. Ada di antara 55 dan 76 biji buah. Buah ketika matang memounyai rasa yang manis dan menyenangkan di rasa. Sedangkan buah yang masih mentah kaya akan tanin. (Morton, 1987).
Ø  Manfaat
Annona reticilata L. dapat digunakan sebagai pengobatan batu empedu, antisembelit, asam urat dan meningkatkan nafsu makan. Dengan mengkonsumsi buah sirsak dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan memperlambat proses penuaan (sebagai obat agar awet muda). Selain itu, kandungan seratnya juga berfungsi untuk memperlancar pencernaan, terutama untuk pengobatan sembelit. Sari buah sirsak di dalam sistem pencernaan akan meningkatkan rangsangan nafsu makan. Kegunaan lain dari sari buah ini adalah untuk pengobatan pinggang pegal dan nyeri, penyakit kandung air seni dan wasir (ambeien). Batang dari Annona reticulata L. juga bisa dimanfaatkan sebagai tonik dan obat diare serta disentri. Sedangkan kulit dan getah pada batang diperkirakan dapat mencegah pertumbuhan sel kanker.
Artocarpus heterophyllus
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
   Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
      Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
         Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
            Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
               Ordo : Rosales
                   Famili : Moraceae
                      Genus : Artocarpus
                         Spesies : Artocarpus heterophyllus
                            Nama binomial : Artocarpus heterophyllus
Nangka umunya berukuran sedang, sampai sekitar 20 metertingginya. Walaupun ada yang mencapai 30 meter, batang bulat, silindris,sampai berdiameter 1 meter.Nangka dinyakini berasal dari India, yakni wilayah ghats bagianbarat, dimana jenis-jenis liarnya masih didapati tumbuh tersebar di hutanhujan disana, kini nangka telah menyebar luas di berbagai daerah tropik,terutama di daerah Asia Tenggara.
Deskripsi
Habitus   : Pohon, tinggi 10-15 m.
Batang    : Simpodial, hijau kotor.
Daun      : Pangkal tumpul, panjang 5-15 cm, lebar 4-5 cm, tangkai panjang + 2 cm, hijau.
Bunga     :  Majemuk, bentukbulir, sllindris, berkelamin dua, di ketiak daun, tangkai bulat memanjang, hijau,bulir betina silindris, ujung berpon-pori, kepala putik pipih.
Buah       : Bum, bulat atau lonjong, hijau kekuningan.
Biji          : Bulat telur, berkulit tipis, putih.
Akar       : Tunggang, kuning kecoklatan.
MORFOLOGI:
Pohon nangka
            umumnya berukuran sedang, sampai sekitar 20 m tingginya, walaupun ada yang mencapai 30 meter. Batang bulat silindris, sampai berdiameter sekitar 1 meter. Tajuknya padat dan lebat, melebar dan membulat apabila di tempat terbuka. Seluruh bagian tumbuhan mengeluarkan getah putih pekat apabila dilukai.
Daun
tunggal, tersebar, bertangkai 1-4 cm, helai daun agak tebal seperti kulit, kaku, bertepi rata, bulat telur terbalik sampai jorong (memanjang), 3,5-12 × 5-25 cm, dengan pangkal menyempit sedikit demi sedikit, dan ujung pendek runcing atau agak runcing. Daun penumpu bulat telur lancip, panjang sampai 8 cm, mudah rontok dan meninggalkan bekas serupa cincin.
Akar ( Radix )
Akar adalah bagian pokok yang nomor 3 ( Disamping batang dandaun ) bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan karmusa kar biasanyamempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
·         Merupakan bagian tumbuahn yang biasanya terdapat di dalam tanah,denagn aranh tumbuh ke pusat bumi ( geotrop ) atau menuju ke air (hidrotrop ) meninggalkan udara dan cahaya.
·         Tidak berbuku-buku dan juga tidak berruas-ruas dan tidak mendukungdaun-daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainnya.
·         Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan.
·         Tumbuh terus pada ujungnya tetapiumumnya pertumbuhannya kalahdibanding dengan batang.
·         Bentuknya sering kali meruncing, sehingga lebih mudah menembustanah.Pada akarpun dapat dibedakan ke beberapa bagian berikut :
·         Leher akar atau pangkal akar ( Collum ), yaitu bagian akar yangbersambungan dengan pangkal batang.
·         Ujung akar ( apex tadici ) bagian akar yang paling mudah, terdiri dari jaringan-jaringan yang masih dapat mengadakan pertumbuhan
Manfaat tanaman
  1. Daging buah nangka muda (tewel) dimanfaatkan sebagai makanan sayuran.
  2. Tepung biji nangka digunakan sebagai bahan baku industri makanan (bahan makan campuran).
  3. Daun muda dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
  4. Kayu nangka dianggap lebih unggul daripada jati untuk pembuatan meubel, konstruksi bangunan pembubutan, tiang kapal, untuk tiang kuda dan kandang sapi ( di Priangan), dayung, perkakas, dan alat musik.
  5. Pohon nangka dapat dimanfaatkan sebagai obat tradision
                                         
Nangka sebagai Tanaman Obat
  1. Akar       : membantu pengobatan demam, demam malaria
  2. Daun      : bisul
  3. Biji          : mencret/diare
Ramuan : Dua buah nangka yang masih kecil (kebabal nangka) ditumbuk atau diparut, lalu peras dengan setengah cangkir air. Tambahkan seujung sdt garam. Kemudian saring. Minum dua kali sehari.
Habitat
Di daerah aslinya, Nangka tumbuh di hutan-hutan selalu hijau pada ketinggian 400-1200 m. Namun pertumbuhannya dapat berlangsung dengan baik pada daerah beriklim hangat dan lembap pada ketinggian di bawah 1000 m dpl dan dengan curah hujan 1500 mm atau lebih. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, dan dengan ditanam pada kedalaman yang cukup, memiliki drainase yang baik, pada tanah alluvial, tanah berpasir atau tanah liat, dengan pH tanah 6.0-7.5.
SALAK
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
                     Sub Kelas: Arecidae
                         Ordo: Arecales
                             Famili: Arecaceae (suku pinang-pinangan)
                                 Genus: Salacca
                                     Spesies: Salacca zalacca (Gaertn.) Voss
Daerah asal nya tidak jelas, tetapi diduga dari
Thailand, Malaysia dan Indonesia. Ada pula yang mengatakan bahwa tanaman salak
(Salacca edulis) berasal dari Pulau Jawa. Pada masa penjajahan biji-biji salak
dibawa oleh para saudagar hingga menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan sampai
ke Filipina, Malaysia, Brunei dan Muangthai.
Salah merupakan salah satu tanaman tropis yang dikenal dengan nama Ilmiahnya Sallaca zalaca.  Buah salak memiliki ciri-ciri segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing dipangkalnya dan membulat di ujungnya, panjangnya 2,5-10 cm  terbungkus oleh sisik yang berwarna kuning cokelat sampai cokelat merah yang tersusun seperti genting, dengan duri kecil yang mudah pututsdi ujung masing-masing sisik.
Salak merupakan slah satu jenis Palmae dari keluarga Araceae  yang tidak tahan terhadap sinar  matahari penuh, karena itu diperlukan tanaman peneduh seperti tanaman kelapa, durian dan sebagainya. Salak yang pernah ditemukan didunia hingga kini jumlahnya 20-an dan sebagian besar tumbuh secara alami di wilayah negarakita. Kultivar salak selama ini cukup dikenal namun pada umumnya konsumen lebih suka buah yang memiliki rasa manis daging buah yang tebal. Namun biasanya nama salak diambil dari tempat asalnya. Kandungan buah salak meliputi kandungan air 20-50 %, tanin, serat, gula, dan mineral. Salak ditanam untuk dimanfaatkan  buahnya dan sangat populer untuk dikonsumsi sebagai buah segar. Selain itu salak dapat di oleh dengan berbagai makanan atau minuman.
2. JENIS TANAMAN
Di dunia ini dikenal salak liar, seperti Salacca dransfieldiana JP Mo-gea; S.magnifera JP Mogea; S. minuta; S. multiflora dan S. romosiana. Selain salak liar itu,masih dikenal salak liar lainnya seperti Salacca rumphili Wallich ex. Blume yang juga disebut S. wallichiana, C. Martus yang disebut rakum/kumbar (populer di Thailand) sebagai pembuat masam segar pada masakan. Kumbar ini tidak berduri,bunganya berumah 2 (dioeciious). Salak termasuk famili: Palmae (palem-paleman),monokotil, daun-daunnya panjang dengan urat utama kuat seperti pada kelapa yangdisebut lidi. Seluruh bagian daunnya berduri tajam Batangnya pendek, lamakelamaan meninggi sampai 3 m atau lebih, akhirnya roboh tidak mampu membawa beban mahkota daun terlalu berat (tidak sebanding dengan batangnya yang kecil).Banyak varietas salak yang bisa tumbuh di Indonesi. Ada yang masih muda sudah terasa manis, Varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah untuk dikembangkan ialah: salak pondoh, swaru, nglumut, enrekang, gula batu (Bali), dan lain-lain. Sebenarnya jenis salak yang ada di Indonesia ada 3 perbedaan yang menyolok, yakni: salak Jawa Salacca zalacca (Gaertner) Voss yang berbiji 2-3 butir,salak Bali Slacca amboinensis (Becc) Mogea yang berbiji 1- 2 butir, dan salak.Padang Sidempuan Salacca sumatrana (Becc) yang berdaging merah. Jenis salakitu mempunyai nilai komersial yang tinggi.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah salak hanya dimakan segar atau dibuat manisan dan asinan. Pada saat ini manisan salak dibuat beserta kulitnya, tanpa dikupas. Batangnya tidak dapat digunakan untuk bahan bangunan atau kayu bakar. Buah matang disajikan sebagai buah meja. Buah segar yang diperdagangkan biasanya masih dalam tandan atau telah dilepas (petilan). Buah salak yang dipetik pada bulan ke 4 atau ke 5 biasanya untuk dibuat manisan.
4. SYARAT PERTUMBUHAN
4.1. Iklim
1) Tanaman ssalak sesuai bila ditanam di daerah berzona iklim Aa bcd, Babc dan
Cbc. A berarti jumlah bulan basah tinggi (11-12 bulan/tahun), B: 8-10 bulan/tahun
dan C : 5-7 bulan/tahun.
2) Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun
200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah
tergolong dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau
kelembaban yang tinggi.
3) Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup
50-70%, karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh.
4) Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi,
tetapi tidak tahan genangan air.
4.2. Tanah
1) Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab.
2) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5 - 7,5.
Kebun salak tidak tahan dengan genangan air. Untuk pertumbuhannya
membutuhkan kelembaban tinggi.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100-500 m dpl.
Livistona rotundifolia
Kingdom  Plantae
            Subkingdom  Tracheobionta
                        Super Divisi  Spermatophyta
                                    Divisi  Magnoliophyta
                                                Kelas  Liliopsida
                                                            Sub Kelas  Arecidae
                                                                        Ordo  Arecales
                                                                                    Famili  Arecaceae
                                                                                                Genus  Livistona
                                                                         Spesies  Livistona 
 rotundifolia

 
           Palem yang bentuk daunnya setengah lingkaran, mirip kipas yang sedang terbuka, diameter daunnya 30—50 cm dengan tinggi tanaman 60—90 cm (Tinggi dapat mencapai 24 m), memiliki serat seperti benang yang tergantung di antara segmen benang yang seperti jari dan menutup separuh bagian bawah dari tiap-tiap tangkai. Batang ditutupi dengan daun basa. Batang luar meliputi gumbar setebal sekitar 2 jari, dan pada batang yang tua, batang seperti tanduk. Daun lebar, bulat, pendek-pendek dibagi, hijau mengilap. Usia daun menjadi lebih terbagi dan kurang bulat. Bunganya seperti bunga kelapa menghasilkan perbungaan panjang. Buahnya bulat, berwarna merah kemudian hitam, beruang seperti buah kelapa dan dapat dimakan (Dransfield,1
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1.  Pengawetan spesimen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan koleksi kering dan koleksi basah. Kedua cara ini diawali dengan pengambilan spesimen di lapangan hingga penyimpanan spesimen secara alfabetis.
 Pengaweatan koleksi basah dilakukan menurut jenis spesimennya. Pengawetan spesimen secara umum menggunakan alkohol 70%, sedangkan untuk jenis-jenis tertentu seperti golongan Orchidaceae digunakan campuran alkohol 62% sebanyak 3.100 ml, gliserin 5% sebanyak 250 ml, dan aquades 33% sebanyak 1.650 ml, kemudian spesimen dimasukkan ke dalam botol dan ditutup rapat.
Hasil penelitian di Kebun Raya Purwodadi didapatkan beberapa famili antara lain: Palmae, Maraceae, Annonaceae dan Rubiaceae.
5.2 SARAN
1. Peningkatan pengelolaan koleksi herbarium basah di Kebun Raya Purwodadi agar lebih rapi dan mudah dipahami pengunjung, misalnya dengan menempatkan pada lemari-lemari khusus yang dilakukan pada herbarium kering. Dan penempatan tersebut disesuaikan dengan abjadnya.
2. Penempatan tanaman se-marga akan lebih mudah dipahami. Sehingga pengunjung dapat langsung mengetahui. Tanaman ini jenisnya beda akan tetapi memiliki kekerabatan misal dari familinya. 
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang Kehutanan Kalimantan. 2004. Status Litbang Ulin (Eusideroxylon zwageri). Samarinda.
Fakhrurazi, M. 2009. Konservasi Pohon Ulin (Eusideroxylon zwageri) di kabupaten Hulu Sungai Tengah. www.dephut.go.id
de Vogel EF. (ed.). 1987. Manual of Herbarium Taxonomy: Theory and Practice.
              Jakarta: UNESCO. Page. 59-61.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar